Semua berjalan seperti biasa . Saya , Nova, dan Lala berangkat sekolah seperti biasa . Saya kelas 2 SMA , Nova kelas 1 SMA, dan Lala kelas 4 SD . Tetapi Kiki masih istirahat di rumah karena sakit jantungnya yang kambuh. Kiki masih sekolah kelas 5 SD . Dia sebenarnya mungkin sudah sakit jantung sejak lahir tetapi mulai diketahui mengidap sakit jantung sejak SD . Yap, papa & mama selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya agar ia cepat sembuh . Vonis dokter pertama kali yaitu ia sakit flek di paru-parunya . Setelah papa & mama membawa Kiki untuk berobat ke salah satu rumah sakit di Purwokerto, ke Gusmuh di Jakarta, ke mbah di Purwokerto yang terkenal pintar menyembuhkan penyakit dalam, bahkan yang terakhir Kiki pernah masuk ke rumah sakit Harapan Kita dan menjalani perawatan intensif disana . Kiki bahkan sempat disarankan dokter untuk operasi, tapi karena ia masih kecil dan ia memiliki rasa takut yang sangat tinggi . Bahkan saat ia di suntik oleh suster di bagian pantatnya, jarum tersebut sampai bengkok . Sudah lama Kiki tidak masuk sekolah karena sakitnya .
Hari itu saya menjalani sekolah seperti biasa, tidak ada firasat apapun yang akan terjadi . Walaupun hari itu saya merasa lemas dan kurang konsen dalam belajar . Saya pulang sekolah pukul 15.00 . Saat itu langit tampak mendung . Saat tiba di gerbang rumah saya terkejut, karena banyak orang di rumah saya dan saya melihat bendera putih di depan rumah . Perasaan saya mulai aneh, dan pandangan matapun serasa gelap . Saat masuk ruang tamu. Saya melihat banyak orang sedang mendoakan yang terlelap tidur di kasur dengan ditutup kain jarit . Saya pun mulai menduga-duga dan langsung masuk ke kamar untuk ganti baju . Ternyata Nova sudah pulang terlebih dahulu dan ia sedang menagis . Sesaat saya belum tahu dan sadar siapa orang yang dibalik kain jarit tersebut . Saat saya keluar dari kamar, tante berkata jika itu adalah Kiki, Kiki sudah tidak ada . Saya terkejut, sedih, dan masih tidak meyangka kalau adik ku sudah pergi untuk selamanya. Saya pergi ke kamar dan menangis, mungkin bukan menyesali . Tetapi karena merasa banyak salah telah menjaili dia. Tangisan saya pun belum berhenti . Saya lalu mengabari sahabat-sahabat saya untuk bisa melayat ke rumah saya . Tidak lama kemudian tante masuk ke kamar saya dan berkata, "sudah iklaskan Kiki, doakan dia biar tenang." Saya berusaha menghentikan tangisan, berusah menerima kenyataan yang sedang terjadi hari itu . Mama yang saat itu saya lihat sangat lemas , menceritakan bagaimana sesaat Kiki sebelum meninggal . Kiki meninggal saat ia sedang di ambilkan makan siang. Dia meminta makan dengan tempe goreng, makanan kesukaan dia. Tetapi belum sempat makan, ia kejang-kejang duduk di kursi ruang keluarga . Mama pun panik, dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Akhirnya Kiki tidak sempat tertolong . Mungkin ini sudah jalan Allah SWT . Ini jalan yang terbaik untuk Kiki . Setelah diperiksa ia ternyata terkena serangan jantung . Dulu mama pernah diberi tahu oleh dokter, kita hanya bisa pasrah sama ini, kita bisa berusaha dengan sekuat tenaga tetapi semua hanya di tangan Allah SWT. Dokter berkata jika jantung ia berhenti ya berarti kita harus mengiklaskan .
Malam sebelum ia meninggal . Ia masih membantu mama untuk mengganti sprei tempat tidurnya dengan sprei dan sarung bantal berwarna hijau . Warna hijau dalah warna kesukaaannya .
Kiki di inapkan semalam. Karena menunggu saudara dari Jakarta yang belum datang. Saya dan banyak orang mendoakan disampingnya. Saya melihat adik saya sendiri tidur dengan lelap dan tak akan bangun lagi. Matanya yang sedikit terbuka, dengan wajahnya yang sangat pucat. Hingga pagi kami menjaga Kiki.
Pagi itu Jumat, 27 Februari 2009.
Saudara kami dari Jakarta datang, namun tanpa papa. Ya, banyak yang bertanya kenapa papa tidak ikut pulang? Ada suatu masalah yang tidak bisa ditinggalkan. Mungkin keterlaluan, tapi ini kenyataan .
Sebelum dikafankan, Kiki di solatkan terlebih dahulu . Saat pengkafanan ada suatu kejadian yang seharusnya tidak terjadi. Iya, saat membalutkan kain ada bapak yang tidak tanggap dalam mengangkat Kiki . Setelah itu mobil jenazah datang dan Kiki siap untuk di bawa ke pemakaman . Saat sebelum dimasukkan ke mobil jenazah, seorang Kyai mendoakan Kiki dengan khusyuk mungkin karena ia juga pernah merasakan sedihnya kehilangan seorang anak yang masih kecil, Pak Kyai tersebut juga menangis . Saya pun menagis, hampir tidak bisa berhenti . Lalu mama mengingatkan saya untuk tidak menangis dan mengiklaskan sambil mendoakan Kiki . Saat jenazah Kiki di angkat . Saya, Nova, dan Lala di suruh untuk melewati dari bawah jenazah Kiki tersebut . Akhirnya jenazah Kiki dimasukkan ke dalam mobil lalu menuju ke pemakaman . Mama tidak mengikuti pemakaman Kiki, karena ia belum kuat .
Saya, mba Winda, mas Robby dan beberapa saudara ikut ke pemakaman untuk melihat langsung pemakaman . Setelah di masukkan ke liang lahat dan di doakan oleh bapak-bapak dan juga kakak saya mas Robby . Saat itu saya pun tidak sanggup untuk melihat Kiki yang terakhir kalinya . Kami pun pulang ke rumah .
Sehari setelah hari itu . Saya pun ingat saat masih di sekolah, entah itu firasat atau peringatan . Guru komputer saya tiba - tiba berkata, "nyawa orang siapa yang tahu kapan akan di ambil." Begitupun juga mama, malam sebelum Kiki pergi . Beliau bersih - bersih rumah, mengepel sampai larut malam . Apa mungkin itu firasat jika keesokan harinya akan ada banyak orang datang ke rumah untuk melayat . Dan sebelum hari Kamis ada burung pertanda yang membawa berita akan ada orang meninggal berkicau di atas rumah kami .
Sekarang kami hanya bisa mendoakan supaya Kiki diterima disisi Allah SWT , di berikan tempat terindah di surganya Allah . Aamiin :')
Suatu saat nanti pasti kita semua bertemu di surga Allah SWT . Selamat jalan Kiki . Engkau selalu hidup di dalam hati & pikiran kami semua . Kita semua sayang kamu :')
Malam sebelum ia meninggal . Ia masih membantu mama untuk mengganti sprei tempat tidurnya dengan sprei dan sarung bantal berwarna hijau . Warna hijau dalah warna kesukaaannya .
Kiki di inapkan semalam. Karena menunggu saudara dari Jakarta yang belum datang. Saya dan banyak orang mendoakan disampingnya. Saya melihat adik saya sendiri tidur dengan lelap dan tak akan bangun lagi. Matanya yang sedikit terbuka, dengan wajahnya yang sangat pucat. Hingga pagi kami menjaga Kiki.
Pagi itu Jumat, 27 Februari 2009.
Saudara kami dari Jakarta datang, namun tanpa papa. Ya, banyak yang bertanya kenapa papa tidak ikut pulang? Ada suatu masalah yang tidak bisa ditinggalkan. Mungkin keterlaluan, tapi ini kenyataan .
Sebelum dikafankan, Kiki di solatkan terlebih dahulu . Saat pengkafanan ada suatu kejadian yang seharusnya tidak terjadi. Iya, saat membalutkan kain ada bapak yang tidak tanggap dalam mengangkat Kiki . Setelah itu mobil jenazah datang dan Kiki siap untuk di bawa ke pemakaman . Saat sebelum dimasukkan ke mobil jenazah, seorang Kyai mendoakan Kiki dengan khusyuk mungkin karena ia juga pernah merasakan sedihnya kehilangan seorang anak yang masih kecil, Pak Kyai tersebut juga menangis . Saya pun menagis, hampir tidak bisa berhenti . Lalu mama mengingatkan saya untuk tidak menangis dan mengiklaskan sambil mendoakan Kiki . Saat jenazah Kiki di angkat . Saya, Nova, dan Lala di suruh untuk melewati dari bawah jenazah Kiki tersebut . Akhirnya jenazah Kiki dimasukkan ke dalam mobil lalu menuju ke pemakaman . Mama tidak mengikuti pemakaman Kiki, karena ia belum kuat .
Saya, mba Winda, mas Robby dan beberapa saudara ikut ke pemakaman untuk melihat langsung pemakaman . Setelah di masukkan ke liang lahat dan di doakan oleh bapak-bapak dan juga kakak saya mas Robby . Saat itu saya pun tidak sanggup untuk melihat Kiki yang terakhir kalinya . Kami pun pulang ke rumah .
Sehari setelah hari itu . Saya pun ingat saat masih di sekolah, entah itu firasat atau peringatan . Guru komputer saya tiba - tiba berkata, "nyawa orang siapa yang tahu kapan akan di ambil." Begitupun juga mama, malam sebelum Kiki pergi . Beliau bersih - bersih rumah, mengepel sampai larut malam . Apa mungkin itu firasat jika keesokan harinya akan ada banyak orang datang ke rumah untuk melayat . Dan sebelum hari Kamis ada burung pertanda yang membawa berita akan ada orang meninggal berkicau di atas rumah kami .
Sekarang kami hanya bisa mendoakan supaya Kiki diterima disisi Allah SWT , di berikan tempat terindah di surganya Allah . Aamiin :')
Suatu saat nanti pasti kita semua bertemu di surga Allah SWT . Selamat jalan Kiki . Engkau selalu hidup di dalam hati & pikiran kami semua . Kita semua sayang kamu :')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar